Sekilas Info Pinang Babaris,
Komite Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) mewacanakan Indonesia perlu mengubah tiga perbedaan waktu hanya menjadi satu zona waktu di seluruh wilayah Indonesia. Pembagian WIB, WITA dan WIT dipandang menghambat peningkatan produktivitas maksimum bangsa.
Kepala Divisi Humas dan Promosi KP3EI, Edib Muslim pun menyebut ide penyatuan zona waktu Indonesia adalah buah pikiran Menteri Koordinasi Bidang Ekonomi Hatta Rajasa. "Yang pasti pak negara lain menggunakan itu. Sebagai aset daya angkat dan daya dorongya, kenapa kita gak lakukan itu juga? Ini bukan hal baru di Indonesia. Kita sudah sembilan kali melakukan perubahan perbedaan waktu," katanya di Bogor, Sabtu (10/3/2012).
"Jaman kemerdekaan aja udah empat kali menggunakan GMT ini dan semuanya ada alasan ekonomi politik tertentu. Dan ini saatnya. Ini di pikiran pak Menko. Saya yakin beliau ada alasan untuk lakukan itu," tambah Edib.
Ia menambahkan, penyamaan waktu antara indonesia barat, tengah dan timur diyakini akan dapat mengangkat 20% PDB indonesia. Sebab ada angkatan kerja berjumlah 190 juta orang yang akan melakukan pekerjaannya secara bersama-sama.
Sementara saat ini angkatan kerja di Indonesia bekerja dalam waktu yang tidak sama. Saat penyatuan waktu, maka dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi karena ada produktivitas yang sama-sama bergerak.
Edib mengatakan Indonesia sering kalah dengan negara lain dalam hal transaksi bisnis. Ia mencontohkan jadwal terbang Garuda Airways satu jam lebih lambat dari maskapai lain, karena perbedaan waktu tersebut. Bursa Efek Indonesia (BEI) juga menurutnya kalah satu jam dengan bursa efek di Hongkong dan Shanghai.
Sementara transaksi di Bank Indonesia, para pelaku pasar uang di Papua dan Maluku tidak memiliki waktu yang cukup untuk saling bertransaksi dengan pelaku pasar di daerah Indonesia barat. Karena pusat bursa efek dan perbankan berada di wilayah Barat, pelaku bisnis Papua dan Maluku harus merelakan waktunya terbuang dua jam secara percuma menunggu lapak transaksi.
Ia kembali mencontohkan pusat industri dan pariwisata kepulauan Riau yaitu Batam. Jika Indonesia menerapkan GMT+8, maka eksekutif Singapura yang senang berlibur ke Batam dan membeli kenyamanan di hotel-hotel pulau Batam akan menghabiskan waktu lebih lama.
"Kalau sama waktu kita dengan Singapura, maka yang menginap di Batam dan harus kerja di hari Senin tentunya tak perlu pulang di hari Minggu. Dia bisa saja berangkat ke kantor dari Batam. Sementara saat ini kan mereka takut terlambat ke kantor karena perbedaan waktu tersebut," tegasnya.
Atas wacana penyatuan zona waktu ini, kata Edib, sejumlah Kementerian Lembaga sangat setuju. Ia menyebut Kementrian Pertahanan, Bank Indonesia dan BEI sudah memiliki kajian-kajian yang dapat di-share dengan KP3EI guna menghitung efesiensi yang akan didapat.
Negeri yang memiliki upaya menyatukan semua wilayahnya dalam satu waktu adalah China. Dengan alasan politik dan ekonomi serta demi memajukan negara mereka. "Kenapa kita gak melakukan hal yang sama?,” ucapnya.
sumber : http://finance.detik.com
gan follow me back ya... saya sdah follow site ini.... nice to know you.
BalasHapussdh ane follow back gan.. nice to know you too..
BalasHapus